cowok di hadapan Gea mengernyit.
" @#&%*", katanya.
Gea memiringkan kepalanya bingung. Ini sudah jam sembilan malam, Ia sedang sibuk belajar, dan tidak ada waktu untuk meladeni orang aneh yang muncul di kamarnya tiba-tiba. benar-benar tiba-tiba, karena sampai 6 detik yang lalu ia hanya sendirian di kamar.
"eng, ngomongnya bisa pake Bahasa Indonesia aja nggak?"
Gea melihat cowok itu mengernyit lagi kemudian mengutak-atik jam tangannya. Gea diam di tempat. memang sangat aneh menemukan cowok asing di kamarnya pada malam hari seperti ini, tapi Gea tidak takut sama sekali. ia bisa melemparkan meja atau kursi di dekatnya kapanpun ia merasa dalam bahaya. cowok itu masih mengutak-atik jam tangannya. Gea menahan senyum melihat pakaian cowok di hadapannya. ia teringat pada ultraman. ia heran bagaimana cowok itu bisa berkeliaran dengan pakaian yang lebih cocok digunakan untuk cosplay daripada pakaian sehari-hari.
"nah, beres." ucap cowok itu. Gea tersadar dari lamunannya. "halo, aku Rito," lanjut cowok itu. "mungkin kau tidak percaya, tapi aku berasal dari tahun 2768" Gea melongo. Rito sekarang sedang sibuk memegang satu persatu barang di kamarnya.
"memang sedikit susah diterima, tapi aku memang tidak berasal dari masa kini. ini namanya apa.?" Rito mengacungkan staples ke arah Gea.
"itu untuk menyatukan kertas. anggap saja begitu. aku percaya. melihat pakaianmu yang sangat aneh ini mau nggak mau aku percaya" ujar Gea.
***
“Assalamualaikuum” Gea melangkah memasuki rumah dan melempar tasnya sembarangan.
“Hahahaihuhaaaam” Rito menyahut entah dari mana. Gea melongokkan kepala ke ruang makan dan memergoki Rito sedang menyantap mie instan. Gea berdecak.
“Sudah 4 hari kamu makan mie terus, memang kamu tidak bosan?” tanya Gea. Rito hanya menjawab dengan gelengan sembari memenuhi mulutnya dengan mie instan lagi. Gea mendengus.
“Mie instan tidak baik untuk kesehatan” Gea menarik mangkok Rito dengan paksa yang berbuah tatapan protes dari Rito. Ia tidak bisa berkata apa-apa karena mulutnya terlalu penuh.
“Akan kumasakkan bubur untukmu sebagai gantinya.” Gea meletakkan mangkok mie Rito di dekatnya sembari ia menyiapkan bahan untuk membuat bubur. Ia takut kalau ia meletakkannya sembarangan Rito bisa mengambilnya lagi.
“Bubur itu seperti apa?” Rito muncul di belakangnya. “Apa kamu yakin aku bisa memakannya?” Gea mengangguk.
“Biasanya orang yang sedang sakit akan diberi bubur karena bubur lebih mudah dimakan” Terang Gea.
“Maaf ya, karena perutku yang terbiasa memakan kapsul makanan, aku jadi merepotkan” Ucap Rito menyesal. Gea tersenyum kecil.
“Aku yakin kapsul makanmu di masa depan itu terasa menjijikkan sekarang setelah kamu memakan makanan asli” Kata Gea.
“Benar sekali. Walaupun rasanya enak dan praktis, tapi makanan asli terasa jauh lebih enak dibanding kapsul makanan. Aku heran kenapa di masa depan makanan ditiadakan dan digantikan dengan kapsul” Timpal Rito.
Gea menyodorkan bubur yang sudah jadi. Rito mencobanya sesendok. “Enaaaakkk. Apa kamu memang pandai memasak? Atau semua makanan masa lalu memang selezat ini?”
“Tentu saja tergantung siapa yang memasak” Jawab Gea.
“Andai saja di masa depan manusia tetap bersedia memasak” ujar Rito di sela-sela suapannya. Gea terdiam. Ialah yang membuat Rito ketagihan mie instan karena terlalu capek dan malas mencari makanan lain yang bisa diterima perut Rito yang terbiasa dengan kapsul.
“Pelan-pelan saja makannya, nanti perutmu bisa sakit. Kalau kamu sudah terbiasa dengan bubur, nanti aku akan memberimu lontong atau nasi” janji Gea.
“Lontong?” tanya Rito bingung. Penerjemah bahasa di otaknya tidak dapat mengartikan kata lontong.
Gea tersenyum dan hanya berkata, “Nanti.”
0 comments:
Posting Komentar