Kamis, 01 November 2012

Time Traveler : Farewell

“Di sini rupanya.” Gea mengagetkan Rito yang sedang bergelut dengan pupuk kompos. Gea menjaga jarak begitu tahu apa yang dilakukan Rito. Rito sudah seperti tukang kebun saja sekarang, setiap hari berkutat dengan tanaman. Padahal cuaca sedang panas-panasnya, tapi ia seolah sudah terbiasa dengan sinar matahari yang menyengat.

“Kenapa?”

“Aku bawa sesuatu yang menarik” Gea menyembunyikan kedua tangannya di balik punggung. Rito mengerutkan kening. Ia Cuma bisa melihat tas di punggung Gea.

“Apa?”

“Ikan” senyum Gea makin lebar, sekarang dia sudah mengasungkan plastik berisi air dengan lima makhluk yang berenang di dalamnya. Mata Rito membulat. Rito tidak pernah melihat hewan secara langsung selain nyamuk dan semut di rumah Gea. Rito mengambil plastik itu dan menatapnya dengan tatapan kagum.

“Oh iya, Kak Ori hari ini akan..” Gea menghentikan perkataannya melihat plastik berisi ikan yang jatuh. Gea menatap Rito, yang ditatap mengeluarkan senyum lemah seakan berkata ‘aku baik-baik saja’. Gea hendak menyentuh dahi Rito untuk mengecek suhu tubuhnya ketika detik berikutnya Rito tumbang ke arahnya.

***

Rito membuka matanya perlahan. Wajah Kak Ori muncul di atas mukanya. “Oh, kau sudah sadar. Geee!! Rito sudah sadaaaar!!” teriaknya pada Gea. Entah Gea ada di mana. “Sebentar kuambilkan minum” katanya pada Rito. Rito hanya mengangguk sambil tersenyum.

“Aah, kau sudah sadaar” Gea masuk dengan heboh.

“Jangan berisik. Dia baru sadar” Kak Ori menoyor kepala Gea. Gea manyun. Rito tersenyum melihat mereka. Menurutnya, kalau Gea bertemu Kak Ori, dia bisa berubah jadi manja sekali, tidak seperti kalau hanya berdua dengan Rito. Kalau berdua Rito, Gea kesannya sangat bisa diandalkan.

“Lihat deeh” Gea menyodorkan tangannya. Di sana ada akuarium berisi ikan yang tadi dijatuhkan Rito. “Ayo kita kasih makan” katanya sambil mendekat ke Rito membawa botol berisi makanan ikan. Rito menatap Gea dan Kak Ori bergantian.

“Kalian tidak tanya aku kenapa?” tanyanya heran. Gea dan kak Ori saling memandang.

“Kau segitu inginnya diperhatikan?” goda Kak Ori. Rito bengong. Kakak Gea ini memang jalan pikirannya susah ditebak. Gea tertawa kecil melihat ekspresi Rito.

“Nanti. Nanti kita bicarakan” Kata Gea sembari memaksa tangan Rito menerima pelet ikan yang keluar dari botol. Rito diam-diam menghembuskan nafas lega. Dia memang merasa tidak ingin menceritakan apa pun sekarang. Memberi makan ikan akan jauh lebih mengasyikkan.

***

“efek disorientasi waktu?” Gea mengingat kembali percakapannya dengan Kak Ori saat Rito terlelap. Kak Ori mengangguk.

“Mungkin semacam jet lag, tapi ini karena perbedaan waktu yang besar. Bukan hanya waktu, kondisi zaman sekarang dan masa depan sangat berbeda, Rito pernah bilang kan kalau di masa depan temperatur dan sinar matahari ke bumi bisa diatur, sedangkan saat ini sinar matahari benar-benar terik. Soal makanan juga. Mungkin di masa depan lambungnya tidak pernah bekerja keras mengolah makanan seperti di sini, jadi tentunya itu juga berefek pada kondisi tubuhnya,” Ori menghentikan penjelasannya dan melihat adiknya yang kini sibuk berpikir. Adiknya ini pasti sedang merasa bersalah. “Jangan merasa bersalah, dia pasti sudah memperkirakan resikonya saat dia memutuskan melakukan perjalanan waktu.” Gea mengangguk lemah. “Yang harus kamu pikirkan adalah setelah ini,” lanjut Ori.

"Setelah ini?”

“Ya. Rito mungkin tak akan lama lagi tinggal di sini. Demi kebaikannya, dia harus segera kembali ke masa depan. Jadi perpisahan seperti apa yang kamu inginkan?” tanya Ori to the point. Muka Gea pias seketika. Perpisahan pasti tidak pernah terpikir di kepala Gea. “Ge, kamu tahu kan ini yang terbaik? Kamu cuma harus berpikir bagaimana melepas Rito pulang dengan penuh kenangan dan mengambil manfaat dari pertemuan ini” nasehatnya.

Gea menarik nafas berat. “Kamu sedang apa?” Rito tiba-tiba muncul dari belakang. “Waah, tanaman baruuuu” ujar Rito heboh. Gea yang belum sempat mengekspreikan kekesalannya memilih memendamnya saja.

“Tanaman apa ini?” tanya Rito.

“Krisan”

“Krisan? Dia punya bunga yang bagus” Rito memainkan bunga-bunga krisan yang baru mekar.

“Ya. Memang bunga yang bagus, karena bunga ini adalah kamu”

“Aku?”

“Krisan dalam bahasa bunga berarti kebahagiaan, juga untuk menyampaikan “kamu adalah teman yang luar biasa”. Sebenarnya aku ingin memberimu satu untuk oleh-oleh, tapi takutnya di masa depan ia tidak bisa hidup”

“Benar juga, aku sama sekali tidak memikirkan oleh-oleh apa yang harus kubawa saat kembali ke masa depan.” Rito malah antusias memikirkan oleh-oleh apa yang harus ia bawa. Sekarang mulutnya sibuk melantunkan barang-barang yang ingin ia bawa pulang.

“Jadi, kamu mau pulang kapan?” tanya Gea mengalihkan perhatian Rito.

“Entahlah, Kak Ori bilang akan lebih baik kalau aku cepat pulang sebelum tubuhku lebih terbiasa dengan masa ini.” Gea mengangguk-angguk.

“Besok Kak Ori bilang akan membawa kita jalan-jalan ke kebun binatang” seru Gea. Seumur-umur ia tidak pernah sesenang ini pergi ke kebun binatang, tapi Kak Ori bilang Rito akan sangat menyukainya karena binatang yang pernah dilihat Rito sejauh ini baru nyamuk, lalat, tikus, kucing dan ikan, jadi melihat berbagai hewan lain pasti akan menjadi pengalaman berharga baginya sebelum kembali ke amsa depan. Gea hanya mengiyakan.

“Kebun binataaang? Asyiiiik. Di sana bakal ada banyak hewan dari seluruh penjuru bumi kan? Ada singa ama jerapah juga kan?” dan Rito bereaksi persis sesuai perkiraan Kak Ori dan Gea.

***

Esoknya di kebun binatang, Gea dan Ori terpaksa menutupi muka mereka sepanjang hari karena Rito yang berteriak-teriak heboh saat melihat spesies-spesies binatang yang ada. Dia sibuk bertanya ini itu yang tak jarang membuat Gea dan Ori sendiri kesulitan menjawab dan berakhir dengan pertanyaan-pertanyaan lain. Rito juga sibuk minta difoto bersama semua penghuni kebun binatang. Ya. SEMUA. Termasuk badut, petugas, pohon tempat berteduh, pengunjung, sampai baterai kamera Gea dan Ori berwarna merah baru Rito berhenti.

“Aaah, kebun binatang benar-benar menyenangkaaan~” Rito merentangkan kedua tangannya lebar-lebar sambil duduk di bawah pohon. Gea menyodorkan minuman dingin yang dibelinya ke Rito dan Kak Ori sambil mencibir.

“Tentu saja menyenangkan, karena kamu ke sini bersama orang beken sepertiku” timpal Kak Ori narsis.

“Aaah, Aku cinta kebun binataaaang” teriak Rito tanpa menggubris kenarsisan Kak Ori. Kak Ori dan Gea langsung sibuk menutupi wajah mereka lagi. “Hari ini benar-benar menyenangkan, aku harus banyak berterimakasih pada kalian” kali ini Rito memelankan suaranya dan tersenyum pada Gea dan Kak Ori.

“Ada apa? Jangan bilang kamu akan pulang sekarang?” entah kenapa senyuman Rito malah membuat Gea was-was.

Senyum Rito semakin lebar. “Ya, aku harus pulang sekarang, atau aku tidak akan bisa melepaskan kalian lagi. Kalau aku tidak pulang, aku tidak akan pernah kembali ke masa depan”

Gea berusaha membantah kata-kata Rito tapi Kak Ori menghentikannya. “Pulanglah. Tapi kamu harus janji kamu akan sehat selalu di sana dan tetap menjaga bumi ini, karena itulah yang kamu ajarkan pada kami” Rito menyatakan janjinya dengan anggukan pada Kak Ori. Ia menyerahkan kamera Gea dan mengelus kepalanya pelan.

“Kamu juga bunga krisan bagiku. Walaupun bukan bunga asli yang kubawa ke masa depan, tapi aku akan rajin memeliharanya” Ia menunjukkan jam tangannya yang juga berfungsi sebagai memori data. Sepertinya tadi ia mengopi foto di kamera Gea ke sana. Gea hanya bisa mengangguk sambil menangis. “Sampai jumpa semuanya” Rito melambaikan tangan sebelum beberapa saat kemudian hilang dalam pusaran angin tipis. Tangis Gea semakin kencang dan kini Ori sibuk menenangkan adiknya.

***

“Kaak, ayo cepeet, kita udah telat nih ikut sosialisasi Save the Earthnyaaa” teriak Gea pada Kak Ori.

“Iyaaa, dasar aktivis pemelihara bumi, sabar dikit kek. Bukan cuma bumi yang harus dipelihara, tapi kakakmu juga” Kak Ori muncul dari kamar membawa kunci mobil. Gea mengambil kunci mobilnya dan meletakkannya sembarangan di rak.

“Hari ini kita naik sepeda. Kan harus Save the Earth” katanya sambil mengedipkan mata. Tinggallah Ori bengong. Ternyata efek-Rito berakibat ancaman bagi kedua betisnya!

0 comments:

Posting Komentar