Kamis, 24 Oktober 2013

Bayangan

Pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor tikus yang tidak punya kelebihan apa-apa. Ketika seluruh penghuni hutan berpesta dan memamerkan kelebihannya, Si Tikus hanya menjadi penonton saja karena tidak ada yang bisa dia tampilkan. Karena sepanjang tahun hanya menjadi penonton, Si Tikus harus menerima ejekan dari penghuni hutan yang lain. Si Tikus yang merasa malu karena ketidakmampuannya pun kemudian mengasingkan diri ke hutan yang paling dalam dan tidak pernah terlihat lagi menghadiri pesta tahunan.

Suatu ketika, Si Tikus menemukan seekor rubah terluka dan tak sadarkan diri dalam perjalanannya mencari makanan. Si Tikus kemudian membawa rubah itu ke pondoknya dan mengobatinya. Saat Sang Rubah tersadar, Si Tikus tersenyum padanya dan mengatakan bahwa Sang Rubah sebaiknya istirahat lagi karena luka yang ia derita cukup parah. Sang Rubah pun menuruti nasehat Sang Tikus.

Selama beberapa hari Sang Rubah beristirahat dan memulihkan diri di pondok Si Tikus, Si Tikus merasa senang sekali karena ia seperti memiliki teman yang tidak ia punya selama ini, sedangkan Sang Rubah merasa beruntung karena Si Tikus bersedia merawat luka-lukanya dan memperlakukannya dengan sangat baik. Mereka menjadi sangat akrab satu sama lain. Ketika Sang Rubah sudah benar-benar pulih, Sang Rubah menampilkan suatu tarian yang sangat indah di depan Si Tikus sebagai bentuk rasa terimakasihnya. Si Tikus merasa sangat terharu sampai tidak bisa berkata-kata. Sang Rubah kemudian pamit dan berjanji ia akan datang lagi. Si Tikus mengantarnya dengan hati gembira bercampur sedih.

Setelah ditinggalkan Sang Rubah, Si Tikus merasakan kesepian. Ia merasa bahwa ia butuh teman untuk diajak bicara. Si Tikus akhirnya memberanikan diri meninggalkan pondoknya dan menuju ke kota untuk berjalan-jalan sambil berharap ia akan bertemu seseorang yang bersedia menjadi temannya. Sesampainya di kota, Si Tikus menjadi pusat perhatian hewan-hewan lain yang sudah lama tidak melihatnya. Mereka kembali mengolok-olok Si Tikus karena tidak punya bakat dan mengasingkan diri. Si Tikus kembali ke pondoknya dengan hati sangat sedih. Dia mengutuki dirinya yang tidak punya kelebihan apa-apa dan pengecut seperti yang dikatakan hewan-hewan lain. Si Tikus kemudain membadingkan dirinya sendiri dengan Sang Rubah yang sangat anggun dan pandai menari. Si Tikus berandai-andai, bila ia adalah Sang Rubah, ia pasti akan memiliki banyak teman. Bila Si Tikus adalah Sang Rubah, tidak aka nada lagi yang mengejeknya. Bila Si Tikus adalah Sang Rubah, ia dapat pergi ke manapun tanpa ada yang mengejeknya. Si Tikus menyesal kenapa ia tidak dilahirkan sebagai Sang Rubah dan mulai membenci dirinya sendiri.

Keesokan harinya, Si Tikus mendapati bahwa bayangnnya menghilang. Ia memastikan bahwa saat itu adalah pagi hari, bukan malam hari, dan kenyataan bahwa bayangannya menghilang membuatnya sangat terkejut. Ia tidak pernah tahu bahwa bayangan bisa menghilang. Ia terlalu takut untuk pergi mencari bayangannya dan pada akhirnya memilih mengurung diri di dalam pondok. Ia takut ia akan semakin diejek bila ia tidak sengaja bertemu hewan lain yang kemudian melihatnya tanpa bayangan.

Beberapa hari kemudian Sang Rubah dengan riang gembira datang ke pondok Si Tikus dengan membawa buah tangan. Si Tikus berusaha keras melarang Sang Rubah untuk masuk ke pondoknya tetapi Sang Rubah menolak menuruti nasehat Si Tikus. Dengan berat hati Si TIkus membiarkan Sang Rubah masuk dan melihat keadaannya. Sang Rubah terkejut saat melihat Si Tikus tidak memiliki bayangan, dan lebih terkejut lagi karena Si Tikus tidak berusaha mencari bayangannya yang hilang. Sang Rubah kemudian menyeret Si Tikus untuk pergi menemui Landak Bijak. Si Tikus memohon kepada Sang Rubah untuk melepaskannya dan mebiarkannya hidup tanpa bayangan. Sang Rubah bersikeras mereka harus segera menemukan bayangan Si Tikus.
“Apa kau tidak tahu apa pentingnya bayanganmu? Tidakkah kau sadar bahwa selama ini kau tidak pernah benar-benar sendiri meskipun tidak ada orang lain di sisimu? Bayanganmulah yang selalu menemanimu ke manapun. Bahkan di malam hari, mereka tetap ada di sisimu walau keberadaannya tersamarkan malam. Kalau bayanganmu menghilang, kau akan benar-benar hidup sendiri di pondok kecilmu itu.”
Begitulah Sang Rubah menasehati Si Tikus. Si Tikus terdiam dan semakin membenci dirinya sendiri. Ia merasa bahwa sudah sepantasnya ia tidak memiliki teman, karena bahkan bayangannya saja tidak mau mendampinginya.

Sesampainya di tempat Landak Bijak, Sang Rubah menjelaskan masalah Si Tikus sementara Si Tikus sendiri hanya diam. Landak Bijak menanyakan beberapa hal pada Si Tikus kemudian berkata,
“Kau harus belajar mencintai dirimu sendiri. Bayanganmu pergi mungkin karena kau terlalu sibuk mengutuk dirimu sendiri dan tidak pernah memerdulikannya. Mungkin ia memilih menjadi bayangan hewan lain yang kau kagumi karena ia ingin kau memerhatikannya seperti kau memerhatikanhewan itu, atau ia hanya menunggu saat dimana kau menyadari bahwa kau memiliki kelebihan dan belajar mencintai dirimu sendiri. ”
Si Tikus terdiam mendengar ucapan Landak Bijak, begitu pula Sang Rubah. Setelah mengucapkan terimakasih, mereka berdua berpamitan kepada Landak Bijak.

Di perjalanan pulang, Sang Rubah berkata bahwa Si Tikus tidak perlu malu terhadap orang lain. Ia berkata bahwa Si Tikus memiliki hati yang luar biasa dan harus bangga karenanya. Sang Rubah mengatakan bahwa bila ia diejek, ia pasti akan marah kepada yang mengejek, bahkan mungkin mendendam. Sang Rubah juga berkata bahwa bila ia bertemu hewan lain yang tidak ia kenal sedang terkapar di tengah jalan, ia mungkin tidak akan menolongnya apalagi menampungnya berhari-hari. Si Tikus menangis terharu mendengar perkataan Sang Rubah. Ia mengucapkan banyak terimakasih karena baru pertama kali ini ada yang memujinya. Sang Rubah tersenyum melihat respon Si Tikus dan berjanji akan menemaninya sampai bayangannya kembali. Sang Rubah juga akan membuat Si Tikus belajar mencintai dirinya sendiri agar bayangannya cepat kembali. Si Tikus mengucapkan terimakasih lagi dan berkata bahwa ia beruntung karena dulu telah menolong Sang Rubah dan Ssang Rubah bersedia menjadi temannya. Betapa terkejutnya Si Tikus saat ia kembali melihat bayangannya setelah menyelesaikan perkataannya. Sang Rubah yang juga terkejut tertawa bersyukur karena bayangan Si Tikus telah kembali, tapi ia melihat bahwa bayangan Si Tikus masih pudar. Ia berkata bahwa bayangan Si Tikus pasti akan semakin tebal seiring rasa cinta Si Tikus pada dirinya sendiri. Si Tikus ikut tersenyum bersama Sang Rubah dan berjanji mulai saat itu, ia akan mencintai dirinya sendiri tanpa memedulikan ejekan orang lain, karena meski tanpa orang lain, ia memiliki bayangan yang akan selalu ada di sampingnya.




inspired by f(x)'s shadow :)
such a nice and sweet song ^w^

0 comments:

Posting Komentar