Pada zaman dahulu kala, hiduplah
seekor tikus yang tidak punya kelebihan apa-apa. Ketika seluruh penghuni hutan
berpesta dan memamerkan kelebihannya, Si Tikus hanya menjadi penonton saja
karena tidak ada yang bisa dia tampilkan. Karena sepanjang tahun hanya menjadi
penonton, Si Tikus harus menerima ejekan dari penghuni hutan yang lain. Si
Tikus yang merasa malu karena ketidakmampuannya pun kemudian mengasingkan diri
ke hutan yang paling dalam dan tidak pernah terlihat lagi menghadiri pesta
tahunan.
Suatu ketika, Si Tikus menemukan
seekor rubah terluka dan tak sadarkan diri dalam perjalanannya mencari makanan.
Si Tikus kemudian membawa rubah itu ke pondoknya dan mengobatinya. Saat Sang
Rubah tersadar, Si Tikus tersenyum padanya dan mengatakan bahwa Sang Rubah
sebaiknya istirahat lagi karena luka yang ia derita cukup parah. Sang Rubah pun
menuruti nasehat Sang Tikus.
Selama beberapa hari Sang Rubah
beristirahat dan memulihkan diri di pondok Si Tikus, Si Tikus merasa senang
sekali karena ia seperti memiliki teman yang tidak ia punya selama ini,
sedangkan Sang Rubah merasa beruntung karena Si Tikus bersedia merawat
luka-lukanya dan memperlakukannya dengan sangat baik. Mereka menjadi sangat
akrab satu sama lain. Ketika Sang Rubah sudah benar-benar pulih, Sang Rubah
menampilkan suatu tarian yang sangat indah di depan Si Tikus sebagai bentuk
rasa terimakasihnya. Si Tikus merasa sangat terharu sampai tidak bisa
berkata-kata. Sang Rubah kemudian pamit dan berjanji ia akan datang lagi. Si Tikus
mengantarnya dengan hati gembira bercampur sedih.
Setelah ditinggalkan Sang Rubah, Si
Tikus merasakan kesepian. Ia merasa bahwa ia butuh teman untuk diajak bicara.
Si Tikus akhirnya memberanikan diri meninggalkan pondoknya dan menuju ke kota
untuk berjalan-jalan sambil berharap ia akan bertemu seseorang yang bersedia
menjadi temannya. Sesampainya di kota, Si Tikus menjadi pusat perhatian
hewan-hewan lain yang sudah lama tidak melihatnya. Mereka kembali mengolok-olok
Si Tikus karena tidak punya bakat dan mengasingkan diri. Si Tikus kembali ke
pondoknya dengan hati sangat sedih. Dia mengutuki dirinya yang tidak punya
kelebihan apa-apa dan pengecut seperti yang dikatakan hewan-hewan lain. Si Tikus
kemudain membadingkan dirinya sendiri dengan Sang Rubah yang sangat anggun dan
pandai menari. Si Tikus berandai-andai, bila ia adalah Sang Rubah, ia pasti
akan memiliki banyak teman. Bila Si Tikus adalah Sang Rubah, tidak aka nada lagi
yang mengejeknya. Bila Si Tikus adalah Sang Rubah, ia dapat pergi ke manapun
tanpa ada yang mengejeknya. Si Tikus menyesal kenapa ia tidak dilahirkan
sebagai Sang Rubah dan mulai membenci dirinya sendiri.
Keesokan harinya, Si Tikus mendapati
bahwa bayangnnya menghilang. Ia memastikan bahwa saat itu adalah pagi hari,
bukan malam hari, dan kenyataan bahwa bayangannya menghilang membuatnya sangat
terkejut. Ia tidak pernah tahu bahwa bayangan bisa menghilang. Ia terlalu takut
untuk pergi mencari bayangannya dan pada akhirnya memilih mengurung diri di
dalam pondok. Ia takut ia akan semakin diejek bila ia tidak sengaja bertemu hewan
lain yang kemudian melihatnya tanpa bayangan.
Beberapa hari kemudian Sang Rubah
dengan riang gembira datang ke pondok Si Tikus dengan membawa buah tangan. Si
Tikus berusaha keras melarang Sang Rubah untuk masuk ke pondoknya tetapi Sang
Rubah menolak menuruti nasehat Si Tikus. Dengan berat hati Si TIkus membiarkan
Sang Rubah masuk dan melihat keadaannya. Sang Rubah terkejut saat melihat Si
Tikus tidak memiliki bayangan, dan lebih terkejut lagi karena Si Tikus tidak
berusaha mencari bayangannya yang hilang. Sang Rubah kemudian menyeret Si Tikus
untuk pergi menemui Landak Bijak. Si Tikus memohon kepada Sang Rubah untuk
melepaskannya dan mebiarkannya hidup tanpa bayangan. Sang Rubah bersikeras
mereka harus segera menemukan bayangan Si Tikus.
“Apa kau tidak tahu apa pentingnya bayanganmu? Tidakkah kau sadar bahwa
selama ini kau tidak pernah benar-benar sendiri meskipun tidak ada orang lain
di sisimu? Bayanganmulah yang selalu menemanimu ke manapun. Bahkan di malam
hari, mereka tetap ada di sisimu walau keberadaannya tersamarkan malam. Kalau bayanganmu
menghilang, kau akan benar-benar hidup sendiri di pondok kecilmu itu.”
Begitulah Sang Rubah menasehati Si
Tikus. Si Tikus terdiam dan semakin membenci dirinya sendiri. Ia merasa bahwa
sudah sepantasnya ia tidak memiliki teman, karena bahkan bayangannya saja tidak
mau mendampinginya.
Sesampainya di tempat Landak Bijak,
Sang Rubah menjelaskan masalah Si Tikus sementara Si Tikus sendiri hanya diam.
Landak Bijak menanyakan beberapa hal pada Si Tikus kemudian berkata,
“Kau harus belajar mencintai dirimu sendiri. Bayanganmu pergi mungkin
karena kau terlalu sibuk mengutuk dirimu sendiri dan tidak pernah
memerdulikannya. Mungkin ia memilih menjadi bayangan hewan lain yang kau kagumi
karena ia ingin kau memerhatikannya seperti kau memerhatikanhewan itu, atau ia
hanya menunggu saat dimana kau menyadari bahwa kau memiliki kelebihan dan
belajar mencintai dirimu sendiri. ”
Si Tikus terdiam mendengar ucapan
Landak Bijak, begitu pula Sang Rubah. Setelah mengucapkan terimakasih, mereka
berdua berpamitan kepada Landak Bijak.
Di perjalanan pulang, Sang Rubah berkata
bahwa Si Tikus tidak perlu malu terhadap orang lain. Ia berkata bahwa Si Tikus
memiliki hati yang luar biasa dan harus bangga karenanya. Sang Rubah mengatakan
bahwa bila ia diejek, ia pasti akan marah kepada yang mengejek, bahkan mungkin
mendendam. Sang Rubah juga berkata bahwa bila ia bertemu hewan lain yang tidak
ia kenal sedang terkapar di tengah jalan, ia mungkin tidak akan menolongnya
apalagi menampungnya berhari-hari. Si Tikus menangis terharu mendengar
perkataan Sang Rubah. Ia mengucapkan banyak terimakasih karena baru pertama
kali ini ada yang memujinya. Sang Rubah tersenyum melihat respon Si Tikus dan
berjanji akan menemaninya sampai bayangannya kembali. Sang Rubah juga akan
membuat Si Tikus belajar mencintai dirinya sendiri agar bayangannya cepat
kembali. Si Tikus mengucapkan terimakasih lagi dan berkata bahwa ia beruntung
karena dulu telah menolong Sang Rubah dan Ssang Rubah bersedia menjadi
temannya. Betapa terkejutnya Si Tikus saat ia kembali melihat bayangannya
setelah menyelesaikan perkataannya. Sang Rubah yang juga terkejut tertawa
bersyukur karena bayangan Si Tikus telah kembali, tapi ia melihat bahwa
bayangan Si Tikus masih pudar. Ia berkata bahwa bayangan Si Tikus pasti akan
semakin tebal seiring rasa cinta Si Tikus pada dirinya sendiri. Si Tikus ikut
tersenyum bersama Sang Rubah dan berjanji mulai saat itu, ia akan mencintai
dirinya sendiri tanpa memedulikan ejekan orang lain, karena meski tanpa orang
lain, ia memiliki bayangan yang akan selalu ada di sampingnya.
inspired by f(x)'s shadow :)
such a nice and sweet song ^w^
0 comments:
Posting Komentar